Kamis, 29 Desember 2011

Berbagai Jenis Burung di Kampus IPB Darmaga

IPB sebagai kampus biodiversitas memiliki kawasan hijau yang cukup luas. Kawasan hijau yang asri tersebut menjadi habitat berbagai jenis organisme. Salah satunya adalah kawasan LSI lengkap dengan ekosistem air tawarnya yang berupa danau. Danau ini dikenal dengan sebutan Situ Leutik yang berasal dari bahasa Sunda, situ yang berarti danau dan leutik yang berarti kecil.

Minggu, 11 Desember 2011 para calon anggota OWA akan melakukan pengamatan burung. Pagi itu masih sepi. Suasana di kampus pun masih lenggang. Saya merasakan kesejukan selama perjalanan menuju kawasan LSI. Ketika memasuki kawasan Situ Leutik LSI terdengar suara kicauan burung yang seolah menyambut datangnya pagi. Para calon anggota OWA segera menggunakan teropong untuk mengamati burung yang berada di kawasan tersebut.

Pepohonan yang berada di sekitar Situ Leutik menjadi habitat berbagai jenis burung. Ranting-ranting yang berada di atas permukaan danau menjadi tempat bertenggernya burung kowak malam (Nycticorax nycticorax). Kowak malam di kawasan memiliki sayap berwarna kelabu dengan bulu berwarna hitam di bagian kepala. Burung ini aktif di malam hari dan pada siang hari biasanya bertengger di dahan-dahan pohon yang tidak jauh dari air. Kepakan sayapnya dapat membawa burung ini berpindah dari satu pohon ke pohon lain. Tampak begitu indah ketika beberapa kowak malam bertengger pada dahan sebuah pohon. Pemandangan yang langka di sebuah kampus besar seperti IPB.

Pengamatan burung berpindah ke kawasan hutan belakang Rektorat IPB. Pengamatan ini dipandu oleh seorang mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE) yang kompeten di bidang tersebut. Kawasan hutan belakang Rektorat IPB ditumbuhi pohon-pohon tinggi yang menjadi habitat berbagai jenis burung kecil. Terdengar suara kicauan burung yang lebih beragam dibanding kawasan Situ Leutik ketika memasuki kawasan tersebut. Burung-burung kecil dengan warna bulu yang khas seperti walet (Collocalia fuciphagus), kutilang (Pycnonotus aurigaster), dan gereja (Passer montanus) berterbangan dengan bebas seolah tanpa beban. Berdasarkan penuturan pemandu, burung-burung yang terdapat di kawasan Situ Leutik dan rektorat ini ada yang termasuk jenis penetap maupun migran.

Teropong dan buku panduan berbagai jenis burung di Indonesia merupakan perlengkapan yang harus dibawa agar dapat lebih menikmati keindahan berbagai jenis burung yang terdapat di kawasan ini. Sungguh suatu pegalaman yang mengasyikkan dapat menikmati keindahan pagi bersama kicauan burung-burung di kampus IPB. Pengalaman ini membuat saya ingin lebih mempelajari keanekaragaman burung di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar