Senin, 18 Februari 2013

Nature

Aku, Mereka, dan Papandayan

 
Aku melangkah bersama mereka
Menapaki bebatuan yang beraroma
Menatap sisi kanan dan kiri
Sang tebing batu menjulang tinggi

Aku melangkah bersama mereka
Menengadah menatap hutan mati
Pejamkan mata
Dengarkan suara bumi
Membuka mata
Terpana ku rasa kini

Aku melangkah bersama mereka
Lewati gemericik air yang bernada
Rasakan dinginnya hembusan udara
Bahagia ku rasa di dada

Aku melangkah bersama mereka
Menikmati hamparan rerumputan yang indah
Meneguk segarnya air tanah
Dan bercengkerama di Pondok Saladah

Aku melangkah bersama mereka
Menginjakan kaki di tanah yang licin
Melewati pepohonan layaknya labirin
Ini yang akan selalu terkenang dalam batin

Aku melangkah bersama mereka
Menuju padang yang tak pernah mati
Padang edelweiss sang bunga abadi
Seperti mereka yang selalu di hati

Aku melangkah bersama mereka
Merangkak melewati bebatuan
Merunduk melewati cabang pepohonan
Hingga tampak samudera di atas awan

Aku melangkah bersama mereka
Dengan asa yang menggelora
Dengan hati yang bahagia
Terima kasih Tuhan karena aku melangkah bersama mereka
Menikmati keindahan Papandayan yang tiada tara

Papandayan, 26-28 Desember 2012
Yusfi Lubis, Annisa Nurrizky, Deli Fitri, Eka Cassiopeia, Liyana Salsabila,  

 Photo by Liyana Salsabila

 Photo by Liyana Salsabila

Photo by Liyana Salsabila 

Kamis, 29 Desember 2011

Berbagai Jenis Burung di Kampus IPB Darmaga

IPB sebagai kampus biodiversitas memiliki kawasan hijau yang cukup luas. Kawasan hijau yang asri tersebut menjadi habitat berbagai jenis organisme. Salah satunya adalah kawasan LSI lengkap dengan ekosistem air tawarnya yang berupa danau. Danau ini dikenal dengan sebutan Situ Leutik yang berasal dari bahasa Sunda, situ yang berarti danau dan leutik yang berarti kecil.

Minggu, 11 Desember 2011 para calon anggota OWA akan melakukan pengamatan burung. Pagi itu masih sepi. Suasana di kampus pun masih lenggang. Saya merasakan kesejukan selama perjalanan menuju kawasan LSI. Ketika memasuki kawasan Situ Leutik LSI terdengar suara kicauan burung yang seolah menyambut datangnya pagi. Para calon anggota OWA segera menggunakan teropong untuk mengamati burung yang berada di kawasan tersebut.

Pepohonan yang berada di sekitar Situ Leutik menjadi habitat berbagai jenis burung. Ranting-ranting yang berada di atas permukaan danau menjadi tempat bertenggernya burung kowak malam (Nycticorax nycticorax). Kowak malam di kawasan memiliki sayap berwarna kelabu dengan bulu berwarna hitam di bagian kepala. Burung ini aktif di malam hari dan pada siang hari biasanya bertengger di dahan-dahan pohon yang tidak jauh dari air. Kepakan sayapnya dapat membawa burung ini berpindah dari satu pohon ke pohon lain. Tampak begitu indah ketika beberapa kowak malam bertengger pada dahan sebuah pohon. Pemandangan yang langka di sebuah kampus besar seperti IPB.

Pengamatan burung berpindah ke kawasan hutan belakang Rektorat IPB. Pengamatan ini dipandu oleh seorang mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE) yang kompeten di bidang tersebut. Kawasan hutan belakang Rektorat IPB ditumbuhi pohon-pohon tinggi yang menjadi habitat berbagai jenis burung kecil. Terdengar suara kicauan burung yang lebih beragam dibanding kawasan Situ Leutik ketika memasuki kawasan tersebut. Burung-burung kecil dengan warna bulu yang khas seperti walet (Collocalia fuciphagus), kutilang (Pycnonotus aurigaster), dan gereja (Passer montanus) berterbangan dengan bebas seolah tanpa beban. Berdasarkan penuturan pemandu, burung-burung yang terdapat di kawasan Situ Leutik dan rektorat ini ada yang termasuk jenis penetap maupun migran.

Teropong dan buku panduan berbagai jenis burung di Indonesia merupakan perlengkapan yang harus dibawa agar dapat lebih menikmati keindahan berbagai jenis burung yang terdapat di kawasan ini. Sungguh suatu pegalaman yang mengasyikkan dapat menikmati keindahan pagi bersama kicauan burung-burung di kampus IPB. Pengalaman ini membuat saya ingin lebih mempelajari keanekaragaman burung di Indonesia.